Richard
Solomon dari Universitas Pennsylvania mengusulkan sebuah teori yang memiliki
implikasi penting bagi studi kita mengenai motivasi baru, khususnya hal yang
sulit dijelaskan dengan cara atau perspektif yang berbeda. Misalnya mengapa
orang suka melakukan hal-hal yang menakutkan atau hal-hal yang aneh. Misalnya
parachute jumping, menonton film horror/monster, hobi donor darah, tidak takut
api yang besar, pembedahan, dan lain sebagainya. Atau mengapa orang sangat
tergantung pada pasangannya padahal mereka sudah tidak nyaman lagi bersama
mereka?
Solomon
menemukan 2 komponen pada setiap reaksi pada sebuah situasi emosional. Komponen
pertama ia sebut reaksi A. Bersifat sementara dan kuat. Contohnya ketika
menerima sebuah penghargaan, seseorang mungkin merasa hebat dan bahagia pada
saat memegang medali atau sertifikat. Respon ini mungkin berhubungan dengan
aktivitas neural di otak; cepat dan hampir bersamaan dengan pengalaman emosi
yang menyebabkan rangsangan.
Komponen
kedua ia sebut reaksi B yang merupakan lawan dari reaksi A. Jika reaksi A
adalah kesenangan, maka B adalah kesedihan dan sebaliknya. Reaksi B lebih
lambat dibuat dan lebih lambat dihilangkan. Sejam setelah dapat hadiah,
seseorang bisa saja sedikit down tetapi perasaan itu berangsur hilang
sejalan berakhirnya hari.
Contoh nya
pada kegiatan parachute jumping. Penerjun pemula merasa ketakutan saat akan
terjun dari pesawat. Ini adalah reaksi A, respon yang cepat dan kuat pada
sebuah situasi. Setelah melakukan lompatan dan mendarat, penerjun pemula
tersebut akan merasa sangat luar biasa, sangat berbahagia. Inilah reaksi B,
pantulan dari ketakutan awal dan kesenangan karena mampu menaklukkan ketakutan
tersebut. Selama lompatan tersebut, sebelum parasut dibuka, penerjun pemula
mengalami perasaan yang menyeramkan. Mereka berteriak, pupil membesar, mata
menonjol, tubuhnya melengkung dan kaku, jantung berdegup cepat, dan peranfasan
tidak teratur. Setelah mendarat dengan aman, mereka akan berjalan dengan wajah
yang tanpa ekpresi untuk beberapa saat. Tetapi setelah itu mereka mulai senyum,
berbicara sambil menggerakkan tangan dan sangat gembira.
Opponent-process theory juga menjelaskan
mengapa orang bisa belajar untuk menikmati atau menyenangi hal-hal yang aneh.
Contohnya film horor. Film ini awalnya menakutkan, tetapi setelah itu menjadi
biasa saja dan pada akhirnya menjadi menyenangkan. Begitu juga halnya
Seorang dokter bedah yang menikmati pembedahan, dan pemadam kebakaran yang
tidak takut dengan api besar. Dalam setiap kasus tersebut kejadian yang pada
awalnya menakutkan dan traumatis menghasilkan reaksi B yang menyenangkan,
bahkan menyebabkan ketagihan.
Contoh lain
adalah donor darah. Donor darah bisa juga membuat ketagihan. Pada saat pertama
kali mendonor seorang pendonor mengatakan bahwa ia merasa gelisah, ragu,
curiga, marah, dan gugup. Setelah donor, ia merasa santai, riang, dan murah
hati. Semakin sering seseorang mendonorkan darah, semakin sedikit efek negative
yang dirasakannya dan efek positif semakin banyak. Tanpa disadari mereka
memperoleh respon positif untuk donor darah.
Bagaimana
dengan kecanduan Obat-obatan terlarang?
Pada
mulanya, kecanduan narkotika menimbulkan reaksi A yang besar. Contohnya rasa
bahagia yang besar, dan sedikit depresi setelah itu. Ini sering disebut periode
bulan madu dalam kecanduan. Tetapi setelah kegiatan ini diulang terus,
kebahagiaan itu berkurang secara drastis. Reaksi B semakin kuat. Dalam kasus
ini berarti efek negatif semakin kuat. Segera, stimulus yang adiktif sangat
dibutuhkan, karena periode penarikan diri sangat tidak menyenangkan, tidak ada
yang istimewa dari Narkotika. Inilah akhir bulan madu tersebut.
Hal ini tidak selalu terjadi. Lalu kapan peristiwa seperti ini tidak terjadi?
kapan kesenangan dari sebuah aktivitas itu tidak hilang?
Jawaban singkatnya adalah ketika
reaksi A tidak cukup kuat, tidak diulang terlalu sering. Orang yang terbiasa
minum anggur pada saat makan malam tidak akan bosan melakukannya atau mencari
sesuatu yang lain yang lebih menantang. Orang yang minum anggur pada malam hari
tidak akan mengalami hangover (perasaan sakit setelah minum anggur atau
minuman keras) keesokan harinya.
Mengapa sulit mengakhiri hubungan yang loveless?
Contohnya kamu menyukai seorang
pria yang baru kamu kenal dan tergila-gila akannya. Perasaan itu diikuti oleh
perasaan yang kontras, merindukannya ketika tidak bersama denganmu. Positifnya
tidak hanya bersama dengannya tetapi juga mendapatkannya juga menguatkan karena
menghentikan perasaan negative yaitu merindukannya. Lagi pula ketika perasaan
positf berkurang, perasaan rindu semakin kuat. Kalau kamu berhenti melihatnya
karena perasaan positif mu hilang, ini lah perasaan negative merindukannya
untuk kembali lagi. Inilah penjelasan Solomon mengenai mengapa susah mengakhiri
hubungan yang loveless. Bukan kebahagiaan yang kamu rasakan, karena itu
sudah lama hilang. Melainkan itu adalah gejala penarikan diri yang sulit
diterima. Bila kedengarannya seperti kecanduan Narkotika, ini bukanlah suatu
kebetulan. Solomon melihat kecanduan heroin dan obat-obat lainnya sama. Awalnya
kesenangan, diikuti perasaan yang tidak nyaman. Setelah penggunaan rutin,
kesenangan berkurang. Tetapi rasa kenikmatan memburuk. Ini adalah perasaan yang
memotivasi mengonsumsi lebih banyak narkotika lagi, tidak mengurangi kesenangan
yang dibawa obat-obatan tersebut.
Teori Solomon tidak relevan
intuk semua motivasi, tetapi membantu kita memahami beberapa motivasi yang
membingungkan.